Rabu, 28 Agustus 2013

Manfaat Permainan Tradisional bagi Anak

Di zaman era modernisasi seperti ini pasti sangat sulit kita temukan permainan - permainan tradisional yang sering kita mainkan dulu seperti petak umpet, bermain kelereng dan banyak lagi.
anak-anak pada saat ini lebih sering memainkan game-game seperti game online,game yang ada di handphone atau pun di gadget dan lain-lain. akibat dari perkembangan teknologi ini lah anak cenderung melupakan permainan tradisi tersebut.

ada beberapa manfaat dan fungsi dari permainan tradisional :
sekarang sulit sekali ditemukan permainan seperti itu yang dimainkan oleh anak-anak, kebanyakan anak-anak zaman sekarang melupakan permainan tradisional itu semua bisa terjadi karena tingkat atau perkembangan teknologi yang semakin tinggi.

1. Anak menjadi lebih kreatif

Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan.

2. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak

Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.


3.Mengembangkan kecerdasan majemuk anak

Mengembangkan kecerdasan intelektual anak
Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan, Oray-Orayan, dan Pa Cici-Cici Putri mampu membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan.
Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok.
 

Dengan berkelompok anak akan:
mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain,
nyaman dan terbiasa dalam kelompok.

Beberapa permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok di antaranya:
  • Bebentengan,
  • Adang-Adangan,
  • Anjang-Anjangan
  • Kasti.

4. Mengembangkan kecerdasan logika anak
Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya:

  • Congkak
  • Macan/Dam Daman
  • Lompat tali/Spintrong
  • Encrak/Entrengan
  • Bola bekel
  • Tebak-Tebakan
  • engklek

5. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah:
  • Nakaluri
  • Adang-Adangan
  • Lompat tali
  • Baleba
  • Pulu-Pulu
  • Sorodot Gaplok
  • Tos Asya
  • Heulang jeung Hayam
    Enggrang

6. Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Contoh permainannya adalah:
  • Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak nakal.
  • Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali
  • Engrang terbuat dari bambu
  • Encrak menggunakan batu
  • Bola sodok menggunakan bambu
  • Parise terbuat dari bambu
  • Calung terbuat dari bambu
  • Agra/sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan

7. Mengembangkan kecerdasan spasial anak
Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional Anjang-Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran (teatrikal).
Mengembangkan kecerdasan musikal anak
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya:
  • Ucang-Ucang Angge
  • Enjot-Enjotan
  • Calung
  • Ambil-Ambilan
  • Tari Tempurung
  • Berbalas Pantun
  • Wayang
  • Pur-Pur Sadapur
  • Oray-Orayan

8. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya yang belum bisa.
Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu para pemain yang lebih dewasa.
Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.
Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu.
Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda. Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri para pemainnya/anak-anak.

1 komentar: